Tri Ismu Pujiyanto Berhasil Raih Gelar Doktor
Di hadapan tim penguji yang terdiri atas Dr dr Fifin Luthfia Rahmi MS SpM(K) (pimpinan sidang), Annastasia Ediati SPsi MSc PhD Psikolog (sekretaris dan ko-promotor), Prof Dr dr Suprihati Sp THT (IC) MSc (promotor), Prof Dr Nursalam MNurs (Hons) (ko-promotor), Dr Edy Wuryanto SKp Mkep, Dr Fery Agusman MM Mkep SpKom, Dr Untung Sujiyanto SKp MKes, dan Dr Ahsan SKp MKes (anggota), ia mampu mempertahankan desertasinya yang berjudul “Pengembangan Model Kualitas Hidup Kerja Perawat Terhadap Burnout Syndrome dalam Peningkatan Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit”. Dengan mengantongi indeks prestasi 3,68, Ismu dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan dan berhak menyandang gelar doktor.
“Kami sampaikan selamat kepada Doktor Ismu yang telah menyelesaikan belajar pada Program Studi Doktor Ilmu Kedokteran/Kesehatan Fakultas Kedokteran Undip dengan predikat sangat memuaskan. Sebenarnya dari indeks prestasi yang dicapai, saudara bisa cumlaude, namun karena waktu tempuh studi terlalu lama, sehingga tidak bisa cumlaude,” ujar Prof Suprihati.
Ia berharap, apa yang telah diraih bisa memberikan manfaat bagi lingkungan. Teruma hasil penelitian yang tersusun dalam disertasi tersebut bisa diimplementasikan dalam praktik kehidupan di lembaga atau instansi terkait maupun masyarakat pada umumnya.
Sebagaimana dalam disertasi yang merupakan hasil penelitian di RSUD dr Adhyatma MPH Tugurejo Semarang tersebut, Ismu mengungkapkan bahwa kinerja perawat masih menjadi masalah tersendiri dalam pelayanan rumah sakit. Sedangkan faktor yang berkaitan dengan rendahnya kinerja perawat, antara lain budaya organisasi, karakteristik perawat, kualitas hidup kerja perawat, dan burnout syndrome.
Padahal kualitas hidup kerja perawat menjadi faktor dominan dalam pemberian pelayanan perawatan kepada pasien. Untuk itu, peningkatan kualitas hidup kerja perawat sangat ditekankan, karena hal ini sangat efektif untuk memperbaiki kinerja pelayanan di rumah sakit, diantaranya melalui penurunan burnout syndrome.
Model kualitas hidup kerja perawat berdampak pada peningkatan kualitas hidup perawat selaras dengan upaya menciptakan lingkungan praktik keperawatan yang positif. Terutama aspek ketenagaan, penjadwalan, dan pembiayaan. Tentunya model ini membutuhkan perbaikan kondisi pendapatan untuk mendukung peningkatan kehidupan profesionalisme sebagai perawat. Dengan demikian diharapkan tingkat pelayanan akan makin baik, sehingga pasien akan terpuaskan.
Di hadapan tim penguji yang terdiri atas Dr dr Fifin Luthfia Rahmi MS SpM(K) (pimpinan sidang), Annastasia Ediati SPsi MSc PhD Psikolog (sekretaris dan ko-promotor), Prof Dr dr Suprihati Sp THT (IC) MSc (promotor), Prof Dr Nursalam MNurs (Hons) (ko-promotor), Dr Edy Wuryanto SKp Mkep, Dr Fery Agusman MM Mkep SpKom, Dr Untung Sujiyanto SKp MKes, dan Dr Ahsan SKp MKes (anggota), ia mampu mempertahankan desertasinya yang berjudul “Pengembangan Model Kualitas Hidup Kerja Perawat Terhadap Burnout Syndrome dalam Peningkatan Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit”. Dengan mengantongi indeks prestasi 3,68, Ismu dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan dan berhak menyandang gelar doktor.
“Kami sampaikan selamat kepada Doktor Ismu yang telah menyelesaikan belajar pada Program Studi Doktor Ilmu Kedokteran/Kesehatan Fakultas Kedokteran Undip dengan predikat sangat memuaskan. Sebenarnya dari indeks prestasi yang dicapai, saudara bisa cumlaude, namun karena waktu tempuh studi terlalu lama, sehingga tidak bisa cumlaude,” ujar Prof Suprihati.
Ia berharap, apa yang telah diraih bisa memberikan manfaat bagi lingkungan. Teruma hasil penelitian yang tersusun dalam disertasi tersebut bisa diimplementasikan dalam praktik kehidupan di lembaga atau instansi terkait maupun masyarakat pada umumnya.
Sebagaimana dalam disertasi yang merupakan hasil penelitian di RSUD dr Adhyatma MPH Tugurejo Semarang tersebut, Ismu mengungkapkan bahwa kinerja perawat masih menjadi masalah tersendiri dalam pelayanan rumah sakit. Sedangkan faktor yang berkaitan dengan rendahnya kinerja perawat, antara lain budaya organisasi, karakteristik perawat, kualitas hidup kerja perawat, dan burnout syndrome.
Padahal kualitas hidup kerja perawat menjadi faktor dominan dalam pemberian pelayanan perawatan kepada pasien. Untuk itu, peningkatan kualitas hidup kerja perawat sangat ditekankan, karena hal ini sangat efektif untuk memperbaiki kinerja pelayanan di rumah sakit, diantaranya melalui penurunan burnout syndrome.
Model kualitas hidup kerja perawat berdampak pada peningkatan kualitas hidup perawat selaras dengan upaya menciptakan lingkungan praktik keperawatan yang positif. Terutama aspek ketenagaan, penjadwalan, dan pembiayaan. Tentunya model ini membutuhkan perbaikan kondisi pendapatan untuk mendukung peningkatan kehidupan profesionalisme sebagai perawat. Dengan demikian diharapkan tingkat pelayanan akan makin baik, sehingga pasien akan terpuaskan.
Komentar
Posting Komentar