Stikes Karya Husada Semarang Sosialisasi Desa Siaga Sehat Jiwa
Kesehatan
jiwa diperlukan semua orang, baik itu yang sehat jiwa, sudah berisiko,
maupun yang saat ini mengalami sakit atau terkena gangguan jiwa. Untuk
itu, masyarakat wajib mengenali tanda dan gejala penyakit jiwa dan mampu
mandiri untuk mengelola kesehatan jiwa di masyarakat. Harapannya
masyarakat memiliki kemampuan untuk melakukan upaya peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit. Hal itu diungkapkan Fery Agusman,
Ketua STIKes Karya Husada Semarang, di sela-sela sosialisai Desa Siaga
Sehat Jiwa di Aula Puskesmas Gunung Pati, Sabtu (25/11).
“Mengingat pentingnya kesehatan jiwa, maka kami menggelar kegiatan ini dengan tujuan mengenalkan kesehatan jiwa bagi masyarakat dan menstimulasi pembentukan desa siaga sehat jiwa di wilayah Puskesmas Gunung Pati,” kata Feri yang juga sebagai Ketua TIM Departemen Jiwa dan Komunitas.
Menurut dia, kegiatan ini merupakan hasil kerja sama antara Puskesmas Gunung Pati, dalam hal ini sebagai penanggung jawab pada program pokok Puskesmas Keswamas (Kesehatan Jiwa Masyarakat) dan STIKes Karya Husada Semarang.
Acara yang dikemas dalam bentuk pelatihan ini dihadiri oleh 70 kader yang berada pada binaan Puskesmas setempat dan mahasiswa profesi ners angkatan 14 pada stase Komunitas. Peserta kader antusias mengikuti kegiatan. Sebagian besar bertanya tentang kasus-kasus kejiwaan yang dialami anggota keluarganya, tetangga maupun masyarakat disekitarnya.
Di Gunung Pati dari 11 kelurahan sudah ditemukan yang mengalami gangguan jiwa sebanyak 16 orang, ada 1 orang yang dilakukan pemasungan hampir 18 tahun dari dia memiliki anak usia 1 tahun hingga berusia 19 tahun. Hal ini menjadi keprihatinan bersama baik dari pihak puskesmas maupun dari STIKes Karya husada semarang.
Menurut Abdul Rahman, PJ Keswamas Gunung Pati, pihak Puskesmas sudah berusaha berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota Semarang dan melakukan upaya pembebasan pasung. “Harapan ke depan di wilayah kerja Puskesmas Gunung Pati terbentuk Desa Siaga Sehat Jiwa, dimana kader sebagai ujung tombak pengelolaan kesehatan jiwa dan butuh dukungan serta kesiapan baik dari perawat CMHN, dukungan Puskesmas dan Dinkes Kota Semarang,” kata dia.
Tindak lanjut dari pengabdian masyarakat ini, ke dapan pihak Puskesmas dan STIKes dalam hal ini Tim Departemen Jiwa Komunitas akan melakukan pelatihan dan pembentukan kader kesehatan jiwa. Sehingga masyarakat mampu mendeteksi, mengenali tanda, dan gejala, mengelompokkan dan mengelola kesehatan jiwa seacara mandiri di masyarakat.
![]() |
FOTO BERSAMA: Peserta pelatihan dan sosialisasi
Desa Siaga Sehat Jiwa berforo bersama.
|
“Mengingat pentingnya kesehatan jiwa, maka kami menggelar kegiatan ini dengan tujuan mengenalkan kesehatan jiwa bagi masyarakat dan menstimulasi pembentukan desa siaga sehat jiwa di wilayah Puskesmas Gunung Pati,” kata Feri yang juga sebagai Ketua TIM Departemen Jiwa dan Komunitas.
Menurut dia, kegiatan ini merupakan hasil kerja sama antara Puskesmas Gunung Pati, dalam hal ini sebagai penanggung jawab pada program pokok Puskesmas Keswamas (Kesehatan Jiwa Masyarakat) dan STIKes Karya Husada Semarang.
Acara yang dikemas dalam bentuk pelatihan ini dihadiri oleh 70 kader yang berada pada binaan Puskesmas setempat dan mahasiswa profesi ners angkatan 14 pada stase Komunitas. Peserta kader antusias mengikuti kegiatan. Sebagian besar bertanya tentang kasus-kasus kejiwaan yang dialami anggota keluarganya, tetangga maupun masyarakat disekitarnya.
Di Gunung Pati dari 11 kelurahan sudah ditemukan yang mengalami gangguan jiwa sebanyak 16 orang, ada 1 orang yang dilakukan pemasungan hampir 18 tahun dari dia memiliki anak usia 1 tahun hingga berusia 19 tahun. Hal ini menjadi keprihatinan bersama baik dari pihak puskesmas maupun dari STIKes Karya husada semarang.
Menurut Abdul Rahman, PJ Keswamas Gunung Pati, pihak Puskesmas sudah berusaha berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota Semarang dan melakukan upaya pembebasan pasung. “Harapan ke depan di wilayah kerja Puskesmas Gunung Pati terbentuk Desa Siaga Sehat Jiwa, dimana kader sebagai ujung tombak pengelolaan kesehatan jiwa dan butuh dukungan serta kesiapan baik dari perawat CMHN, dukungan Puskesmas dan Dinkes Kota Semarang,” kata dia.
Tindak lanjut dari pengabdian masyarakat ini, ke dapan pihak Puskesmas dan STIKes dalam hal ini Tim Departemen Jiwa Komunitas akan melakukan pelatihan dan pembentukan kader kesehatan jiwa. Sehingga masyarakat mampu mendeteksi, mengenali tanda, dan gejala, mengelompokkan dan mengelola kesehatan jiwa seacara mandiri di masyarakat.

Komentar
Posting Komentar