"Doesoen Kopi Sirap"
Menikmati Indahnya Alam Pedesaan
Untaian
lagu “Desaku” karya Liberty Manik tersebut menggambarkan suasana pedesaan yang
indah. Meski tergerus dengan arus urbanisasi, keindahan desa yang permai tetap
selalu terngiang dalam benak kita. Sehingga walaupun sudah lama
orang bermukim di kota, namun suasana tersebut masih tetap terbawa dan rasanya
ingin kembali menikmatinya.
Lewat bait syair tersebut, seakan-akan sang Pencipta lagu “Satu Nusa Satu Bangsa” itu, ingin mengatakan “pergilah sejauh mana kau suka, namun desamu jangan kau lupakan. Keinginan untuk kembali, akan selalu terngiang”.
Akhir-akhir ini, pesan lagu tersebut sudah mulai tersirat. Banyak masyarakat kota, mulai merasakan rindu indahnya desa beserta segala suasananya.
Pemandangan alam dengan keberadaan sawah dan pohon rindang yang berjajar di tepi jalan menggambarkan keasrian desa. Adanya sungai, gunung, dan hamparan pepohonan hijau dengan embusan kesejukan udara, menambah suasana alami yang memang tidak mudah terlupakan. Maka tidak mengherankan, setiap akhir pekan atau hari libur tiba, banyak orang kota berduyun mengunjungi perkampungan desa.
Euforia ini pun menjadi tambahan angin segar bagi penduduk desa. Kreativitas pun muncul dari mereka, dengan memunculkan potensi alam pedesaan sebagai magnit untuk mendatangkan para pelancong.
Sebut saja "Doesoen Kopi Sirap" yang mulai diperkenalkan Mei 2017 lalu. Berlokasi di Jambu Kabupaten Semarang, tempat ini memiliki potensi alam yang layak dijual. Warga pun mengembangkannya jadi sebuah kampung yang patut menjadi destinasi wisata di wilayah Selatan Semarang.
“Berangkat dari keinginan untuk memajukan Dusun Sirap dengan segala potensi alamnya yang memesona, kami karang taruna, berusaha menciptakan kampung kami tersebut menjadi sebuah kampung wisata yang patut dikunjungi,” ujar Ngadiyanto, Ketua Karang Taruna Dusun Sirap, sekaligus Ketua Kelompok Tani Rahayu IV.
Ngadiyanto menuturkan, dengan mengusung kopi sebagai komoditi utama yang diolah kelompok tani desa setempat, “Doesoen Kopi Sirap” menawarkan kampung wisata bertema “ngopi asyik” yang akan memanjakan pengunjung dengan suasana alam yang indah, asri, dan nyaman.
Pengunjung bisa belajar budidaya, pengolahan, penyajian, dan mengenal macam varietas kopi seperti Arabica atau Robusta. Pengunjung bisa meracik kopi sendiri dan langsung menikmatinya.
“Pada prinsipnya, di Doesoen Kopi Sirap, pengunjung kami ajak menyelami dan menikmati alam pedesaan dengan kebun kopi dan udara sejuknya. Selain itu mereka akan mendapat tambahan ilmu cara meracik kopi, dari mulai memetik, menjemur, menggiling, memanggang, dan meraciknya menjadi secangkir kopi yang nikmat”.
Nikmatnya Secangkir Kopi
Menikmati secangkir kopi di tengah hamparan kebun kopi membangkitkan sensasi tersendiri.
Keindahan alam dengan kesejukan udara dan nyanyian burung dan serangga, membawa
keakraban bercengkrama bersama. Apalagi angin semilir membawa harumnya bunga
kopi menambah sahdunya suasana.
Sebagaimana nongkrong di gazebo “Doesoen Kopi Sirap”. Coba rasakan duduk-duduk bercengkrama sembari “menyrutup” secangkir kopi, sungguh begitu nikmat. “Kenikmatannya tidak bisa diceritakan, namun hanya bisa dirasakan,” celetuk Aji, pengunjung asal Semarang.
Menurut dia, menikmati kopi di tempat seperti itu, serasa beda yang membuat orang ketagihan. Kenikmatannya tidak bisa ditemukan di kedai kopi lain, bahkan di coffee shop yang ada di mal sekalipun.
“Karena memang, di sini sajian murni kopi yang diracik secara tradisional ala zaman dulu, dirasa lebih nikmat. Karena sensasi kopinya benar-benar nyata. Dari tegukan kopi itu, kehangatannya seakan menembus pori dan pikiran,” tegas dia.
Menurut Ngadiyanto, Ketua Kelompok Tani Rahayu IV dan Karang Taruna, yang juga pemrakarsa terciptanya Doesoen Kopi Sirap, kopi yang disajikan adalah hasil olahan dari para petani desa Sirap. Kopi diolah dengan teknik dan metode yang sudah turun termurun sejak nenek moyang.
“Kopi Sirap menawarkan nikmatnya kopi arabica, robusta, dan kopi luwak arabica yang diambil langsung dari luwak liar di perkebunan,” katanya.
Menikmati kopi Sirap bisa dilakukan setiap hari mulai pukul 10.00 sampai 21.00. Kopi Sirap pun menjadi pendamping setia saat berjumpa bersama kawan dan relasi.
Nikmatnya kopi Sirap akan makin lengkap dengan sajian menu makanan khas desa, nasi jagung, mendoan, pisang goreng, dan aneka buah hasil kebun warga setempat, yang akan membuat pengunjung ketagihan. (telah dimuat di suara Merdeka , edisi 17 November 2017, halaman 6)
Menikmati Indahnya Alam Pedesaan
“Desaku
yang kucinta, pujaan hatiku
Tempat
ayah dan bunda, dan handai taulanku
Tak
mudah kulupakan, Tak mudah bercerai
Selalu
ku rindukan, desaku yang permai”.
Untaian
lagu “Desaku” karya Liberty Manik tersebut menggambarkan suasana pedesaan yang
indah. Meski tergerus dengan arus urbanisasi, keindahan desa yang permai tetap
selalu terngiang dalam benak kita. Sehingga walaupun sudah lama
orang bermukim di kota, namun suasana tersebut masih tetap terbawa dan rasanya
ingin kembali menikmatinya.Lewat bait syair tersebut, seakan-akan sang Pencipta lagu “Satu Nusa Satu Bangsa” itu, ingin mengatakan “pergilah sejauh mana kau suka, namun desamu jangan kau lupakan. Keinginan untuk kembali, akan selalu terngiang”.
Akhir-akhir ini, pesan lagu tersebut sudah mulai tersirat. Banyak masyarakat kota, mulai merasakan rindu indahnya desa beserta segala suasananya.
Pemandangan alam dengan keberadaan sawah dan pohon rindang yang berjajar di tepi jalan menggambarkan keasrian desa. Adanya sungai, gunung, dan hamparan pepohonan hijau dengan embusan kesejukan udara, menambah suasana alami yang memang tidak mudah terlupakan. Maka tidak mengherankan, setiap akhir pekan atau hari libur tiba, banyak orang kota berduyun mengunjungi perkampungan desa.
Euforia ini pun menjadi tambahan angin segar bagi penduduk desa. Kreativitas pun muncul dari mereka, dengan memunculkan potensi alam pedesaan sebagai magnit untuk mendatangkan para pelancong.
Sebut saja "Doesoen Kopi Sirap" yang mulai diperkenalkan Mei 2017 lalu. Berlokasi di Jambu Kabupaten Semarang, tempat ini memiliki potensi alam yang layak dijual. Warga pun mengembangkannya jadi sebuah kampung yang patut menjadi destinasi wisata di wilayah Selatan Semarang.
“Berangkat dari keinginan untuk memajukan Dusun Sirap dengan segala potensi alamnya yang memesona, kami karang taruna, berusaha menciptakan kampung kami tersebut menjadi sebuah kampung wisata yang patut dikunjungi,” ujar Ngadiyanto, Ketua Karang Taruna Dusun Sirap, sekaligus Ketua Kelompok Tani Rahayu IV.
Ngadiyanto menuturkan, dengan mengusung kopi sebagai komoditi utama yang diolah kelompok tani desa setempat, “Doesoen Kopi Sirap” menawarkan kampung wisata bertema “ngopi asyik” yang akan memanjakan pengunjung dengan suasana alam yang indah, asri, dan nyaman.
Pengunjung bisa belajar budidaya, pengolahan, penyajian, dan mengenal macam varietas kopi seperti Arabica atau Robusta. Pengunjung bisa meracik kopi sendiri dan langsung menikmatinya.
“Pada prinsipnya, di Doesoen Kopi Sirap, pengunjung kami ajak menyelami dan menikmati alam pedesaan dengan kebun kopi dan udara sejuknya. Selain itu mereka akan mendapat tambahan ilmu cara meracik kopi, dari mulai memetik, menjemur, menggiling, memanggang, dan meraciknya menjadi secangkir kopi yang nikmat”.
Nikmatnya Secangkir Kopi
Menikmati secangkir kopi di tengah hamparan kebun kopi membangkitkan sensasi tersendiri.
Keindahan alam dengan kesejukan udara dan nyanyian burung dan serangga, membawa
keakraban bercengkrama bersama. Apalagi angin semilir membawa harumnya bunga
kopi menambah sahdunya suasana.Sebagaimana nongkrong di gazebo “Doesoen Kopi Sirap”. Coba rasakan duduk-duduk bercengkrama sembari “menyrutup” secangkir kopi, sungguh begitu nikmat. “Kenikmatannya tidak bisa diceritakan, namun hanya bisa dirasakan,” celetuk Aji, pengunjung asal Semarang.
Menurut dia, menikmati kopi di tempat seperti itu, serasa beda yang membuat orang ketagihan. Kenikmatannya tidak bisa ditemukan di kedai kopi lain, bahkan di coffee shop yang ada di mal sekalipun.
“Karena memang, di sini sajian murni kopi yang diracik secara tradisional ala zaman dulu, dirasa lebih nikmat. Karena sensasi kopinya benar-benar nyata. Dari tegukan kopi itu, kehangatannya seakan menembus pori dan pikiran,” tegas dia.
Menurut Ngadiyanto, Ketua Kelompok Tani Rahayu IV dan Karang Taruna, yang juga pemrakarsa terciptanya Doesoen Kopi Sirap, kopi yang disajikan adalah hasil olahan dari para petani desa Sirap. Kopi diolah dengan teknik dan metode yang sudah turun termurun sejak nenek moyang.
“Kopi Sirap menawarkan nikmatnya kopi arabica, robusta, dan kopi luwak arabica yang diambil langsung dari luwak liar di perkebunan,” katanya.
Menikmati kopi Sirap bisa dilakukan setiap hari mulai pukul 10.00 sampai 21.00. Kopi Sirap pun menjadi pendamping setia saat berjumpa bersama kawan dan relasi.
Nikmatnya kopi Sirap akan makin lengkap dengan sajian menu makanan khas desa, nasi jagung, mendoan, pisang goreng, dan aneka buah hasil kebun warga setempat, yang akan membuat pengunjung ketagihan. (telah dimuat di suara Merdeka , edisi 17 November 2017, halaman 6)

Komentar
Posting Komentar